Semalam
hiruk pikuk kemeriahan menyelimuti
seluruh Jogjakarta. Aku memang memilih kota ini sebagai alternative mengisi
week end karena rutinitas kuliah yang benar – benar menyita waktu, tenaga juga
pikiran. Semalam kemeriahan perayaan pergantian tahun baru terjadi di banyak
tempat, termasuk muda-mudi yang haus euphoria tahun baru. Berboncenan yang
bukan mahram, bergandengan tangan, lebih-lebih berdua hingga pagi dengan
kekasih yang belum Halal statusnya. Naudzubillahi min dzalik
Aku beruntung memiliki teman yang
luar biasa. Kami menghabiskan waktu untuk mendengarkan kajian di salah satu
universitas negri di Jogjakarta. Rasanya benar-benar bahagia. Tidak ada hingar bingar
kembang api, tak ada muda-mudi yang sedang berpacaran. Rasa bahagia itu muncul
begitu saja. Rasa bahagia ketika ada hal-hal yang membuatmu sangat tenang rasa
itu kudapat karena menuntut ilmu.
Kita sering disibukkan dengan
hal-hal semacam perayaan yang sebenarnya belum kita tahu asalnya. Tahukah kita
bahwa perayaan masehi jelas bukan perayaan islam? Dinilai dari namanya saja
sudah buakn perayaan islam
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka
dia termasuk dari mereka”. (HR. Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang jayyid)
Maksud hadits di atas adalah larangan menyerupai suatu kaum, baik ibadahnya, adat-istiadatnya, juga gaya hidupnya.
At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahab yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti muatamatsilat (serupa).
Tasyabbuh yang di larang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syari'i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukan ciri khas mereka.
“Bahagia itu sederhana
ketika kau menemukan ketenangan dalam hatimu”
Jogjakarta,
January 1st 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar