Rabu, 17 Juli 2013

Jika Aku Jatuh Cinta


Wahai Rabbi...
Jika aku jatuh cinta
Cintakanlah aku pada orang yang melabuhkan cintanya PadaMu
Agar aku juga tak pernah lupa mencintaiMu
Wahai Dzat yang Maha Kasih
Jika aku jatuh cinta
Pertemukanlah aku dengan orang yang selalu mendahulukanMu dalam segala urusan
Karena semua hal didunia ini akan kembali padaMu
Wahai Allah Pemilik hati seluruh insan..
Jika aku jatuh cinta
Cintakanlah aku pada orang yang mencintaiku karenaMu
Karena berlandaskan cintaMu lah hati tak akan pernah saling menyakiti
Wahai Allah yang Maha Mencintai
Dan semoga hati ini akan selalu MencintaiMu dengan siapapun kelak yang menjadi pendampingku

                                                                                                                Pojok ruang tamu, July 17 2013

                                                                                                                                11.45 AM

Jumat, 12 Juli 2013

Jualan Dawet Ceritanya

My body aching all over, but i’m very glad with this day


Sudah 3 hari kami berjualan dawet dan sup matahari dalam bazar didekat rumah. Dua hari kemarin hujan lebat mengguyur, dan petir bersahut-sahutan, meski begitu alhamdulillah jualan kami lumayan juga, meski tidak habis semua.  Ah, rejeki Allah yang atir begitu pikir saya. Dan benar saja hari ini  ini begitu cerah dan hanya sedikit gerimis. Jualan kami laris manis diserbu pembeli, sampai-sampai kami telat berbuka. Saya sampai menitikkan air mata, antara bahagia lelah serta bingung menghadapi pembeli yang begitu banyaknya. Rencanamu memang selalu indah ya Allah...


Kamis, 11 Juli 2013

Namanya Arif

“You are good. But it is not enough just to be good. You must be good for something. You must contribute good to the world. The world must be a better place for your presence. And the good that is in you must be spread to others....” ― Gordon B. Hinckley
 Selama ini saya sering memperdebatkan sesuatu dengan kakak saya. Beradu argumen panjang lebar, namun pada akhirnya biasanya kami sepaham. Tapi kali ini saya benar-benar merasa kalah telak olehnya. Tak biasanya si kakak menaruh simpatik terhadap orang lain, terlebih ia lebih muda dan menurut saya sedikit angkuh (maaf ya^).  Saya mengenalnya beberapa bulan yang lalu, meskipun rumah kami tak terlalu jauh tapi saya baru mengenalnya ketika mengerjakan sebuah project bersama. Usianya tak terlampau jauh dengan saya. Meski begitu pemikiran kami begitu berbeda. Diusianya yang masih tergolong muda, ia sudah matang, berwibawa, santun, cerdas, dan yang lebih penting ia berani menentukan sikap. Sebenarnya terkadang saya protes terhadap si kakak ketika ia dipuji dan dibanding-bandingkan dengan saya, tapi dalam hati saya memang mengiyakan bahwa ia layak dipuji. Seperti hari ini ketika ia hanya sedikit membantu ketika kami sedang mengerjakan event, ia sama sekali tak menampakkan batang hidung dan hanya sesekali membantu di sore hari. Banyak rekan  se-tim yang mencari kehadirannya, banyak juga yang memprotes ketika ia tak hadir di gladi bersih, banyak orang yang menyayangkan sikapnya yang sepertinya sudah mulai berubah. Saya pun mengutarakannya dengan kakak tentang sikapnya belakangan ini. Alih-alih mendapat dukungan saya pun semakin tersudut oleh jawaban yang kakak saya kemukakan. Begitulah seharusnya pemimpin, berani menentukan sikap. Tak hanya mau disuruh-suruh dan tau prioritas mana yang harus ia dahulukan. Sekali lagi saya menelan ludah, kakak saya memang benar. Sekali lagi saya kalah, sangat kalah darinya. Dan itu kadang membuat saya iri terhadapnya. Terus terang ketika dibanding-bandingkan dengannya saya minder, bukan karena apa-apa tapi ia punya visi misi yang jelas dalam hidupnya. Meskipun saya juga memiliki mimpi, saya tak setangguh ia dalam mencapai mimpi-mimpi. Terlebih ia memiliki kontrol emosi yang bagus, sesuatu yang tak saya miliki. Namun dengan semua itu membuat saya lebih belajar lagi, dan mau berusaha keras untuk belajar menata sikap dan perilaku dan untuk mencapai semua mimpi-mimpi yang saya miliki

Selasa, 02 Juli 2013

karena terbiasa

kalau pepatah lama mengatakan luka akan sembuah seiring berjalannya waktu, kalau kubilang luka tak akan pernah sembuh kalau kita hanya melewatkannya saja. luka tak akan pernah sembuh seiring waku kawan, luka yang dibiarkan akan membekas kalau kita tak pernah mengobatinnya. ya, berani untuk mengobati luka dan berani menghadapi masa lalu begitu menurut saya kuncinya. pemberani adalah orang yang tidak serta merta mengubur luka dan memenjarakannya dengan waktu. hadapi, niatkan obati luka itu untuk menjadi lebih baik dari kemarin :)