Minggu, 29 April 2012

tak bisa disebut rindu


Perasaan apa ini?
Kalau disebut rindu
Ia hanya makanan untuk cinta
Tapi ini sesak yang meradang
Bukan sekali dua kali
Ia sudah mengakar dua tahun ini

Jumat, 27 April 2012

kusebut hunian baru


Secara tak sengaja,
Kubaca anggaran di koran jajakanku pagi ini
Tentang surga yang hendak mereka bangun
Tempat kerja bermandikan kebahagiaan dunia
Aku terhenyak melihatnya
Tak terbendung jumlahnya
Akupun berceloteh panjang lebar kepada ibuku
Ketika ia membalutkan obat merah murahan di lututku
Karna lututku terserempet kendaraan bermotor ketika aku bekerja
Kau tahu apa reaksinya?
Berapa jumlahnya pun ia tak tahu
Karena ekor bilangan angka dibelakangnya terlalu panjang
Untuk ia artikan dalam sebuah nominal
Oh iya
Aku baru ingat !
Duduk di bangku sekolahpun
Belum pernah dienyamnya
Tak kurang dari 1 trilyun mak
Aku mengartikan pada ibuku
Ia masih tak mengerti
berapa jumlah yang hendak mereka hamburkan
biar kuperjelas pada ibuku
kalau dibuat naik haji se kabupaten cukup mak
ia hanya mengeleng-gelengkan kepala
karena menabung seumur hidup pun
belum mampu mencukupi biayanya
kusudahi saja pikirku tentang mereka
karna tak kan mengubah apa yang ada
mungkin hanya do’a dan beberapa bulir air mata
agar mereka tak sekedar bicara tapi membuktikan mulut besarnya


                                                                                    corner warungku
Saturday, 6:54 pm 5/ 14 / 2011

 # saya menuliskannya ketika ada perencanaan pembangunan gedung anggota DPR

Kunjungan kerja?


Kudengar,
German yang kalian pilih
Mendengar kalian menjejaki negri itu
Sendu
Katanya kunjungan kerja
Ternyata hanya wisata keluarga yang dibiayai negara
Malu?
Jangankan memilki, ditanya saja mungkin kalian tak tahu
Ngakunya hi-tech
Nyatanya,
Email saja tak punya
Mungkin ada satu semangat
Semangat menghabiskan uang rakyat

untukmu yang biasa dipanggil wakil rakyat


Bagimu,
Apalah arti uang seribu?
Kutanya lagi
Kapan terakhir kau berurai syukur atas nikmat tuhanmu?
Sekali lagi
Pernahkah kau menangis karna
Berhari-hari tak ada sesuap nasi untuk dicerna di lambungmu?
Aku rasa
Untuk membeli bensinmupun
Tak ada artinya uang itu
Meski bongkahan emas dibrankasmu tak terhitung nilainya
Belum tentu kau bersyukur atas nikmatNYA
Meski hidangan lezat selalu terhidang di meja
Kaupun selalu mengeluh karenanya
Kau tahu?
Bisa makan sehari sekali saja
Sudah luar biasa dalam detak kehidupanku
Bisa bersekolah
Adalah mimpi yang tak bisa kubeli
Ah,
Kau pasti tak tahu
Dan tak mau tahu
Sudahlah
Untuk apa aku bernyanyi panjang lebar tentang kehidupanku
Toh tak kan mengubah keadaan
Paling hanya mengubah posisi tidurmu
Agar tak mendengar suaraku
Terimakasih pemimpinku
Sudah memberi janji-janji
yang setidaknya pernah singgah sebentar menghibur kami
yang ternyata hanya bualan untuk meraih kursi
setidaknya ibuku pernah terhibur
meski hanya sekali
sudah cukup 


Sabtu, 21 April 2012

A letter to iyas


Hari ini, saya patut berbangga diri memiliki seperti sahabat seperti dia. Di usianya yang baru menginjak sembilan belas tahun ia memutuskan untuk menikah. Saya benar-benar kagum terhadapnya. Saya belum tahu pasti mengapa ia memilih menikah si usia muda. Tapi InsyaAlloh ia mencari ridho Alloh agar tidak terjerumus pada fitnah.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلً
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ : 32)

Terus terang ada rasa bahagia dan haru ketika ada seorang teman yang menikah terlebih karena ingin menjauhi zina. Ya, hanya sedikit orang yang mempunyai pemikiran seperti ia.



Banyak orang bilang, menikah banyak membutuhkan pertimbangan. Memang. Masalah financial, mental, Masih kuliah, belum punya pekerjaan yang mapan dan sederet alasan lain sehingga mengurungkan niat orang untuk menyegerakan menikah. Keputusan menikah bukan hanya dilandasi oleh maslah duniawi. Lebih dari itu mencari ridho Alloh harus diutamakan lebih dari apapun. Teman saya ini sudah membuktikannya. Ah, mungkin saya terlalu banyak bertele-tele. Tapi teman sungguh saya salut kepadamu, bangga terhadap keberanianmu. Dan bersyukur pada Alloh kau mengambil keputusan yang yang luar biasa. Do’aku teman, Barakalahu laka wa barakallahu alaika...wa jamaa bainakuma fi khair. Semoga Alloh selalu memberkahimu dalam suka dan duka.


-          Fahrunissa –
        Pojok ruang tamu, 08 april 2012
                        09:45 PM