Kamis, 06 Desember 2012

kasih ilahi


ilalang bisa saja mati
hujan pun bisa berhenti
kasih ilahi?
Ia abadi
Ada ditiap-tiap hamba yang mengabdi


Kamis, 22 November 2012

Ia akan jadi yang pertama


Saya memilih mengungkapkannya
Karena dengan begitu tak akan ada perasaan yang tersisa
saya akan melupakannya
karena dengan begitu, hanya yang pantaslah yang akan jadi yang pertama

Sabtu, 10 November 2012

Diujung Rinduku


Kalo boleh jujur,
Hal terindah apa yang pernah terjadi dihidupka salah satunya adalah bersama kalian
Tanpa tendensi, sindiran, yang ada hanya kebersamaan
Kalo waktu boleh diputar,
Masa itu yang ingin kukembalikan
Masa dimana tak ada tekanan yang berarti yang ada hanya persahabatan mendebarkan
Sebenarnya Cuma mau bilang,
Aku rindu kalian J

Minggu, 28 Oktober 2012

my story


Menunggu itu melelahkan jika tak dibarengi hal-hal yang bermanfaat. Seperti hari ini, ketika saya harus menggu jadwal oprasi yang ternyata harus diundur hari selasa. Sedih? Memang. 3 tahun saya menggu untuk saat ini dan nyata-nyatanya harus diundur karena berbagai hal. Dan karena minggu ini sudah dipenuhi jadwal praktikum dan jadwal ko-ass. Mungkin sabtu atau ahad baru bisa dilaksanakan. 
Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: 'dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan'. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita” 
 Soe Hok Gie, Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran


Rasa-rasanya dunia saya berubah 180o ketika lengan saya patah. Untuk sekedar mencuci piring saja nggak bisa lebih-lebih ketika mandi, atau (maaf) BAB. Hal yang paling menyenangkan ketika dirumah sakit adalah melihat seseorang yang keadaanya jauh lebih memprihatinkan daripada yang kita alami. Karenanya saya merasa sangat bersyukur memiliki kondisi yang lebih baik darinya. Seperti yang saya alami dulu sewaktu kontrol pertama kali saya tak bisa menahan tangis karena melihat seorang bocah yang memiliki kelainan di kaki. Kaki anak itu berbentuk seperti huruf 0, wajahnya tirus,pucat dan digendong oleh sang kakek. Entah kemana orang tua anak itu hingga si kakek harus mengatar si cucu dengan sepeda. Beruntung ayah saya selalu siap mengantar saya kemanapun termasuk kontrol ke rumah sakit. Banyak hal menarik yang bisa dijadikan pelajaran, seorang ayah yang melihat kelahiran putranya misalnya. mungkin hal yang terindah dal hidupnya, adalah menyaksikan kelahran sang buah hati. Meski begitu sampai hari ini saya tidak menyukai rumah sakit. Sebenarnya setiap masalah yang kita hadapi, apapun kesulitan yang terjadi jika kita selalu bersyukur atas apa yang diberikan Alloh mudah saja kita lalui. Meski tingkat permasalahan setiap orang berbeda-beda, berrusahalah yang terbaik lalu gantungkanlah pada Alloh semata insya Alloh semuanya akan berjalan lancar. 

Rabu, 26 September 2012

Kau cantik dengan jilbabmu

To all women around the world,


Hey, kau!
Kau cantik dengan cara yang tak bisa kujelaskan
Kau begitu mempesona saat mengusap keringat dibalik jilbabmu
Kau cantik dengan hal-hal yang sederhana
Kau yang begitu manis meski tak sedikitpun make up diwajahmu
Kau cantik dari hatimu
Kau yang hanya berhias untuk suamimu kelak
Kau cantik meski memakai pakaian syar’i
Kau yang membuat semua mata menatap santun kepadamu
Kau cantik meski tanpa suara
Kau!
ya, kau! Kau yang cantik dengan jilbabmu

                                                                                                                Fachrunissa NH
                                                                                  Corner my dormy room 00:16 Thursday 6 sept 2012




Selasa, 22 Mei 2012

Arai, the one and only


7 tahun lalu

Ia berbasa basi padaku
Sudah tentu aku tahu
Bahwa ia menyimpan maksud pada kakakku
Kemarin,
Masih sama
Dengan kemeja dan sedikit malu
Bertamu ke rumahku
Aku sedikit berbangga
Karna arai tak hanya dalam novel Andrea hirata
Tapi,
Pagi ini prasangkaku menjadi berbeda
Ternyata ia sama saja
Tak setangguh yang kukira
Karna ia tak mampu menjadi arai yang setia pada zakiah nurmala

                                                                                                                  thursday, May  17 2012
                                                                                                                                                                07.30 PM



Minggu, 29 April 2012

tak bisa disebut rindu


Perasaan apa ini?
Kalau disebut rindu
Ia hanya makanan untuk cinta
Tapi ini sesak yang meradang
Bukan sekali dua kali
Ia sudah mengakar dua tahun ini

Jumat, 27 April 2012

kusebut hunian baru


Secara tak sengaja,
Kubaca anggaran di koran jajakanku pagi ini
Tentang surga yang hendak mereka bangun
Tempat kerja bermandikan kebahagiaan dunia
Aku terhenyak melihatnya
Tak terbendung jumlahnya
Akupun berceloteh panjang lebar kepada ibuku
Ketika ia membalutkan obat merah murahan di lututku
Karna lututku terserempet kendaraan bermotor ketika aku bekerja
Kau tahu apa reaksinya?
Berapa jumlahnya pun ia tak tahu
Karena ekor bilangan angka dibelakangnya terlalu panjang
Untuk ia artikan dalam sebuah nominal
Oh iya
Aku baru ingat !
Duduk di bangku sekolahpun
Belum pernah dienyamnya
Tak kurang dari 1 trilyun mak
Aku mengartikan pada ibuku
Ia masih tak mengerti
berapa jumlah yang hendak mereka hamburkan
biar kuperjelas pada ibuku
kalau dibuat naik haji se kabupaten cukup mak
ia hanya mengeleng-gelengkan kepala
karena menabung seumur hidup pun
belum mampu mencukupi biayanya
kusudahi saja pikirku tentang mereka
karna tak kan mengubah apa yang ada
mungkin hanya do’a dan beberapa bulir air mata
agar mereka tak sekedar bicara tapi membuktikan mulut besarnya


                                                                                    corner warungku
Saturday, 6:54 pm 5/ 14 / 2011

 # saya menuliskannya ketika ada perencanaan pembangunan gedung anggota DPR

Kunjungan kerja?


Kudengar,
German yang kalian pilih
Mendengar kalian menjejaki negri itu
Sendu
Katanya kunjungan kerja
Ternyata hanya wisata keluarga yang dibiayai negara
Malu?
Jangankan memilki, ditanya saja mungkin kalian tak tahu
Ngakunya hi-tech
Nyatanya,
Email saja tak punya
Mungkin ada satu semangat
Semangat menghabiskan uang rakyat

untukmu yang biasa dipanggil wakil rakyat


Bagimu,
Apalah arti uang seribu?
Kutanya lagi
Kapan terakhir kau berurai syukur atas nikmat tuhanmu?
Sekali lagi
Pernahkah kau menangis karna
Berhari-hari tak ada sesuap nasi untuk dicerna di lambungmu?
Aku rasa
Untuk membeli bensinmupun
Tak ada artinya uang itu
Meski bongkahan emas dibrankasmu tak terhitung nilainya
Belum tentu kau bersyukur atas nikmatNYA
Meski hidangan lezat selalu terhidang di meja
Kaupun selalu mengeluh karenanya
Kau tahu?
Bisa makan sehari sekali saja
Sudah luar biasa dalam detak kehidupanku
Bisa bersekolah
Adalah mimpi yang tak bisa kubeli
Ah,
Kau pasti tak tahu
Dan tak mau tahu
Sudahlah
Untuk apa aku bernyanyi panjang lebar tentang kehidupanku
Toh tak kan mengubah keadaan
Paling hanya mengubah posisi tidurmu
Agar tak mendengar suaraku
Terimakasih pemimpinku
Sudah memberi janji-janji
yang setidaknya pernah singgah sebentar menghibur kami
yang ternyata hanya bualan untuk meraih kursi
setidaknya ibuku pernah terhibur
meski hanya sekali
sudah cukup 


Sabtu, 21 April 2012

A letter to iyas


Hari ini, saya patut berbangga diri memiliki seperti sahabat seperti dia. Di usianya yang baru menginjak sembilan belas tahun ia memutuskan untuk menikah. Saya benar-benar kagum terhadapnya. Saya belum tahu pasti mengapa ia memilih menikah si usia muda. Tapi InsyaAlloh ia mencari ridho Alloh agar tidak terjerumus pada fitnah.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلً
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ : 32)

Terus terang ada rasa bahagia dan haru ketika ada seorang teman yang menikah terlebih karena ingin menjauhi zina. Ya, hanya sedikit orang yang mempunyai pemikiran seperti ia.



Banyak orang bilang, menikah banyak membutuhkan pertimbangan. Memang. Masalah financial, mental, Masih kuliah, belum punya pekerjaan yang mapan dan sederet alasan lain sehingga mengurungkan niat orang untuk menyegerakan menikah. Keputusan menikah bukan hanya dilandasi oleh maslah duniawi. Lebih dari itu mencari ridho Alloh harus diutamakan lebih dari apapun. Teman saya ini sudah membuktikannya. Ah, mungkin saya terlalu banyak bertele-tele. Tapi teman sungguh saya salut kepadamu, bangga terhadap keberanianmu. Dan bersyukur pada Alloh kau mengambil keputusan yang yang luar biasa. Do’aku teman, Barakalahu laka wa barakallahu alaika...wa jamaa bainakuma fi khair. Semoga Alloh selalu memberkahimu dalam suka dan duka.


-          Fahrunissa –
        Pojok ruang tamu, 08 april 2012
                        09:45 PM

Jumat, 17 Februari 2012

cerita semasa SMA : bu fatkhiyah


            “Assalamu’alaikum” beliau membuka kelas siang di siang terik. Seualas senyum tersungging di wajahnya. Nur Fatkhiyah hidayati nama guru yang tak pernah lelah memberi sejumput semangat untuk murid-muridnya walaupun ia tahu bahwa kami sudah lelah setelah sekian jam berkutat dengan buka ditambah dengan jam tambahan yang membuat kami luar biasa lelah. namun, dengan semangat yang ia kobarkan. Kami pun ikut terpacu. Hari ini kami belajar tentang cacat dan penyakit menurun yang terangkai dengan autosom. Ia awali dengan penyakit Albino ingatanku melayang-layang jauh menembus awan mengingat terkadang ketika pulang ke rumah di sudut boyolali perbatasan antar boyolali, klaten dan solo dengan naik bus solo-jogja bus yang sopirnya membuat jantungan penumpangnya. Aku sering sekali melirik penampilannya atau mungkin sesuatu yang tidak normal pada laki-laki. Kitidak normalan tersebut ialah karena ia tak berpigmen atau biasa disebut Albino. Bu fath melanjutkan bahwa orang yang tidak mempunyai pigmen kulit jika terkena terik matahri permukaan kulitnya serasa ditusuk-tusuk. Wah berarti kasihan sekali ia batinku.
             Penyakit yang kedua ialah thalasemia pikiranku langsung tertuju pada seorang penulis kenamaan yang telah menerbitkan lebih dari 60 buku yakni, pipiet senja. Penyakit lethal dominan (gen yang dalam keadaan homozigot dapat menimbulakan kematian) ini terbagi dua mayor dan minor. Bahakan bagi penderita thalasemia  mayor dapat mengakibatkan kematian. Walaupun pada penderita minor jika tidak diobati juga mengakibatkan kematian.
            Penyakit- penyakit lainnya ialah,anemi sel sabit, cystinuria (batu ginjal) brachydactily (jari pendek), polidaktili (jari-jari banyak),sindaktili (jari-jari menyatu). Gangguan mental FKU (fenil keton uria), diabetes mellitus.
            Penyakit polidaktili membuatku teringat tetanggaku yang sudah meninggal. Mbah punjul biasa ia disebut nama itu diberikan orang tuanya karena ia memiliki jari-jari yang lebih. Sedangkan saudara-saudaranya juga memiliki nama yang hampir mirip seperti namanya seperti genep karena jumlah jari pada setiap tangan atau kakinya genap. Semoga Allah swt merahmatinya.
            Pada saat menjelaskan tentang gangguan mental FKU aku tergelitik untuk bertanya apakah Autis juga disebabkan oleh cacat dan penyakit yang terangkai dalam autosom. Ia menjawab bahwa tidak ada hubungannya. Zaman dahulu hampir tidak ada anak autis, ia menambahkan. Namun sekarang, banyak anak yang tidak bisa berkomunikasi dua arah atau Autis. Mungkin karena asupan gizi, pada saat kehamilan ibu yang mengandung stress atau mungkin yang lainnya. Wa’allahualam bish showab

Kamis, 16 Februari 2012

Pelangi harapan


saya tulis 3 tahun lalu
“Lalu bagaimana, nduk?” aku mengangkat alis “bagaimana apanya bu?” kuteruskan melahap sarapanku. “itu lamarannya nak faiz?” ‘heg’ aku tersedak sesegera kuseruput tehku. “nduk?” wajahku terlihat pucat pasi. Aku tidak tahu harus memulai darimana. “salwa menolaknya” aku menunduk, akhirnya bendungan yang kupertahankan jebol juga. Akhirnya dipangkuan ibulah air mata itu bebas keluar. Ibu tak bicara banyak, ia menungguku hingga tangisku mereda. Barulah ia mulai angkat bicara lagi. Lebih dari satu jam aku menangis di pangkuannya. Lega sekali setelah menangis. Sesak yang menghimpit beberapa hari lalu sudah reda.
“salwa takut menjadi istri yang tidak bisa membahagiakan faiz bu. setiap bulan salwa mesti kemotherapy, memakan banyak waktu, tenaga, juga biaya. Salwa tidak mau membebani faiz dengan kondisi salwa dan juga salwa tidak tahu apakah salwa masih diberi umur yang panjang oleh Allah atau mungkin Allah hanya memberi tenggang waktu yang sedikit untuk salwa” air mataku tumpah lagi. “pasti Allah memberikan pengganti untuk faiz yang jauh lebih baik daripada salwa bu”
Aku mengambil air wudhu segera kutunaikan sholat dhuha setelah selesai aku bergegas ke rumah sakit untuk check up apakah besok aku siap untuk kemotherapy.
Kutolak tawaran ibu untuk mengantarku. aku tahu ibu berniat baik ia tak ingin terjadi apapun padaku. Pikiranku melayang jauh setahun lalu sebelum aku divonis menderita kanker otak stadium dua. ibu tak pernah mengantarkanku kemanapun. Aku sudah terbiasa kemana-mana sejak kecil. Jadi ibu tak pernah khawatir jika aku pergi sendiri kemanapun. Namun jika aku pulang lewat lebih dari jam lima ia pasti mewanti-wanti untuk menelepon rumah atau ibu pasti menelponku berkali-kali. Namun kini, setiap jam ibu pasti selalu menelepon untuk hal-hal yang sepele. Sudah makan atau belum, minum obat, pusing atau tidak. Lama-lama aku seperti kembali ke masa TK, ketika semua hal yang kulakukan akan selalu dipantau oleh ibuku.
Tak seperti biasanya antrian kali ini panjang sekali. Aku menghela napas panjang. Apakah seluruh hidupku akan kujalani di tempat ini? Dimana semua orang pasti tak ingin membuang seluruh waktunya di tempat dimana bau obat-obatan yang menyengat, ruangan serba putih dan terlebih pasti menu makan yang pasti tidak mengenakkan di lidah. Aku mencoba membiasakan dengan tempat ini. Tapi aku masih optimis bahwa aku pasti sembuh. InsyaAllah sembuh. Aku bertekat dalam hati
”Pasien no urut delapan, nona salwa” aku segera melangkah meninggalkan ruang tunggu dan bergegas melangkah menuju ruangan dr. Priyangka. ”Pagi salwa” dr.Priyangka menyapaku ramah. ”Pagi juga dokter” tiba-tiba saja sakit kepala menderaku lagi. Aku memegangi keningku ”Pusing lagi ya?” aku hanya mengangguk lemah. Dokter Priyangka segera memanggil suster untuk mengecheck seluruh kondisi tubuhku. ”Baiklah sepertinya kamu sudah siap untuk dikemotherapy” dokter Priyangka menyimpulkan. ”Terimakasih dokter” kulangkahkan kaki menuju koridor.
”Wawa..” tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggilku ketika berada di pelataran parkir. Aku menoleh. ”Nissa?” perempuan berjilab putih itu mengangguk. Sejurus kemudian kamipun berpelukan. Nissa sahabatku ketika SMA, teman sebangku, teman berbagi banyak hal. ”sekarang kamu tambah kecil aja sih” ia membuka percakapan diantara kami. Sebenarnya aku ingin mengatakan bahwa aku tidak seperti dulu lagi. namun kuurungkan niatku. Aku tidak ingin ada orang yang mengasihaniku. Aku ingin semua orang masih menganggapku seperti salwa yang dahulu. Lincah, cerewet, karateka yang selalu sibuk mengurusi event-event yang diadakan di sekelilingnya.
”Wa, kok malah ngelamun sih?” nissa membuyarkan lamunanku. ”salwa sekarang berubah ya? Lebih feminim, lebih pendiem deh sekarang nggak kayak dulu lagi” aku hanya tersenyum mendengar celotehan sahabat lamaku itu. Aku hanya mengangguk pelan. ”nissa ...” tiba-tiba seseorang memanggil nissa. ”eh aku duluan ya? Nomer telopon kamu masih yang lama kan?” aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan nissa. ”oh ya, kalau mau nyari aku di rumah sakit ini aja aku lagi co-as disini” suara nissa menjauh seiring berlalunya punggungnya.
Serapi-rapinya kita menyimpan bangkai suatu saat pasti akan tercium juga. Ya, lama-kelamaan nissa tahu dengan kondisiku yang sering ’berkunjung’ ke rumah sakit. Akhirnya aku menceritakan pada nissa tentang semuanya. Tentang awal dari penyakitku setahun lalu, tentang penolakan lamaran faiz yang dulu juga teman kami ketika SMA, tentang bagaimana menjalani hari-hari penuh dengan obat. Ia menitikkan air mata mendengar ceritaku. Ia tahu betul bahwa orang seperti faizlah yang selama ini memenuhi kriteriaku.
”wa..” masih dengan mata memerah ia kemudian merangkulku. ”sabar ya? Aku tahu kamu pasti orang yang kuat” tak terasa aku ikut menitikkan air mata pula. ”aku rasa aku memang belum pantas menjadi seorang istri dari alfian faiz …..” nissa melepaskan rangkulannya mencoba menyeka bulir-bulir air yang jatuh di pipinya. “Allah pasti slalu bersama hamba-hambanya yang mau bersabar dengan cobaan yang Allah berikan” nissa melanjutkan. ”aku juga percaya niss, Allah pasti akan memberiku kesembuhan. “niss, tau nggak? Sekarang aku nggak pernah keringatan sperti dulu lho” aku mengganti topik, ”kan udah nggak punya rambut lagi” aku melanjutkan. Akhirnya kami mengakhiri reuni kami dengan seulas sunggingan di wajah kami.
Tiga bulan berselang setelah penolakanku terhadap faiz. Tanpa disengaja aku bertemu dengan faiz dan istrinya yang sedang memeriksakan kandunganya ke rumah sakit tempatku berobat selama ini. ”mbak salwa?” sapa rida sore itu. Aku menoleh, kulihat rida adik kelasku ketika SMA dulu yang sekarang sudah dipersunting faiz berjalan mendekat ke arahku dan menggandeng suaminya. ”assalmu’alaikum rida” kuulurkan tanganku kepadanya, ”wa’alaikum salam mbak salwa” ia membalas salamku. ”sedang ada keperluan apa mbak?” aku mencoba tersenyum ketika melihat tangan mereka bertautan. Allah kuatkan aku, aku terus berdo’a dalam hati agar aku dikuatkan. Luka ini belum sembuh ternyata pikirku. ”ehm ini check up kesehatan aja kok dik” aku tidak bermaksud berbohong, memang aku datang kesini untuk check up persiapan kemotherapyku. ”kamu sendiri?” aku menambahkan. ”oh, ini mau check up kandunganku. Soalnya kata dokter kandunganku lemah” hatiku semakin tersayat mendengar rida. ”maaf kami duluan ya mbak” sejurus kemudian rida berlalu. aku masih terpaku di salah satu ruang tunggu. Entah kenapa kakiku tak bisa beranjak dari tempat itu. Kepalaku terasa pusing lalu semuanya gelap.
Seberkas cahaya menelusup kedalam mata. Perlahan aku mencoba melihat sekelilingku, putih. Aku sedang terbaring rupanya. Kepalaku terasa berat. sesaat kemudian seorang dokter datang. Tak lama setelah dokter berlalu dengan berlinangan air mata ibu masuk ke dalam lengkap memakai baju untuk masuk kedalam icu.
Ibu hanya duduk di sampingku dan mengusap-usap tanganku sembari berdzikir. ”ibu..” panggilku lirih namun aku yakin ibu pasti mendengarnya. ”iya, nak” ibu menjawab. ”kapan aku dipindahkan dari sini” aku sangat merasa tidak nyaman. ”jika kondisimu sudah memungkinkan” aku hanya mengangguk sambil menatap langit-langit rumah sakit.
”assalamu’alaikum salwa” nissa mengunjungi kamarku setelah aku diizinkan untuk pindah dari icu. . ”pagi om” nissa juga menyapa ayahku yang sedang membaca koran disampingku sambil meletakkan buah dilemari. Ayah menutup korannya, ”pagi juga nissa. Sudah sarapan?” ”oh belum om, selah melihat keadaan salwa baru nissa mau ke kantin untuk sarapan”. ”assalamu’alaikum” seorang suster memasuki ruangan. Aku beruntung bahwa aku masuk ke dirawat di umah sakit yang islami sehingga. Seluruh karyawannya berjilbab dan diharuskan mengucapkan salam ketika memasuki ruangan. Nissa dan ayahku sudah mengerti bahwa waktunya aku ’mandi’. ”begini bapak, setelah diseka nona salwa hendak diperiksa oleh dokter. Oleh sebab itu mohon menunggu di luar”. ”ayo om, kita sarapan dahulu” ayah hanya mengangguk tanda persetujuan.
”assalamu’alaikum, selamat pagi” pria berjas putih itu masuk sambil menyunggingkan senyum dan berdiri di samping ranjangku. aku terheran – heran melihatnya. ”anda pasti kaget pagi ini bukan dokter restu yang memeriksa anda” tampaknya ia tahu keterkejutanku. Aku sudah terbiasa dirawat oleh dokter Restu dan dokter Priyangka. ”karena berhubung dokter restu sedang mengikuti seminar di singapura saya yang menggantikan tugasnya sementara waktu. Saya dokter Ahmad” ia menambahkan. ”alhamdulillah, kondisi anda sudah lebih baik mungkin dua atau tiga hari lagi anda sudah bisa pulang ke rumah.” ia berujar setelah memeriksaku. ”terimakasih” jawabku pendek.
Pagi ini aku sudah dapat menghirup wangi mawar didepan rumahku. Aku sangat bersyukur kepada Allah karena aku masih diberi waktu untuk menjalani sisa-sisa waktu di hidupku dengan indah. tiba-tiba matuku tertumbuk pada sesuatu. Dr. Priyangka berada didepan rumah persis di depan pagar. ”assalamu’alaikum salwa” sapanya seperti biasa. Aku sesgera membukakan pintu pagar. Dibelakangnya mengekor istri dokter priyangka dan dokter ahmad yang selam beberapa hari telah merawatku menggantikan dokter restu.
”maksud kedatangan kami adalah ahmad ingin melamar salwa untuk menjadi istrinya” aku mendengar percakapan antara dokter priyangka dengan ayah dan ibuku. Dadaku bergemuruh hebat saat itu lebih dari ketika faiz melamarku. Ayahku menanggapi dengan santai lalu dilanjutkan dengan obrolan – obrolan ringan yang pada kahirnya berrmuara pada kondisi kesehatanku. ”saya sudah yakin sekali dengan keputusan saya om. Lewat penuturan yang ayah setiap hari tentang salwa, serta ketika saya merawatnya setiap hari saya telah yakin untuk memilih salwa” ahmad yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara. ”salwa...” ayah memanggilku. Kuusap airmata yang mengalir sedari tadi, lalu segera berjalan keluar. ”nak bagaimana pendapatmu?” aku mengangkat wajahku yang sedari tadi tertunduk. Aku malu sekali karena tepat berada didepanku adalah ahmad. ”salwa ingin mengajukan satu pertanyaan” aku berusaha membuat suaraku sedatar mungkin, aku luar biasa tegang. ”insyaAllah jika saya mampu saya akan menjawabnya” ahmad yang menjawab. ”seperti yang kamu ketahui salwa sekarang sakit mengapa kamu memilih salwa yang sakit padahal mungkin banyak sekali akhwat yang sehat yang ingin menjadi pendampingmu?” aku bergetar, aku tidak bermaksud apapun aku hanya ingin memastikan apakah ahmad benar-benar ingin menjadi suamiku. Ia menukilkan sebuah hadits tentang keutamaan seorang pria dalam memilih calon istri. ”dan kriterianya ada pada salwa” aku benar-benar tidak menyangka   ia akan menjawab seperti itu. ”bagaimana salwa?”  kini dr. Prinyangka yang menanyakan keputusanku. ”insyaAllah salwa akan berusaha menjadi istri yang baik untuk dr.ahmad” ”sekarang tidak usah memnggil dokter ahmad” dr. Priyangka melanjutkan semua orang tergelak.             

untuk seorang sahabat


‘ukh .aku syg koe .’ kata-kata yang biasa kami lontarkan satu sama lain itu terasa lain kali ini. Ada rasa berbeda ketika aku membacanya, entah itu rindu atau mungkin ada kata lain yang mampu menggambarkannya. Rasanya ada yang hilang, sesuatu yang biasanya sesalu ada disampingmu kini harus berjauhan jarak. lebih dari itu waktu yang biasa kami gunakan bersama kini semua sibuk dengan dunia masing-masing. Rasanya begitu hambar melewati hari. Mungkin karena aku belum menemukan ’tamabatan hati’ lain disini. Kuakui, rasanya sungguh berbeda. Sesak itu begitu meradang, aku benar-benar merindukan mereka. Aku hanya bisa berharap agar ketika kami berkumpul nanti, kami jauh lebih baik. Jauh lebih matang menapaki kehidupan. Teman, apa kau merasakan hal yang sama ?

Tak pernah pudar


Hanya kaulah,
Senyum dalam samarku
Dalam setiap derap lara yang ku tuju
Ku coba warnai dunia dengan sebuah sapa,
Dengan satu kata
Persahabatan
Kita sama tahu
Dalam setiap pertengkaran yang kita tercipta diantara kita
Ada jutaan kasih sayang yang kita lontarkan
Renungkan,
Rentetan waktu yang berhimpit
Terbukalah sebuah celah perpisahan
Yang akhirnya memaksa hati untk mengungkapkan sebuah rasa
Our frienship will never end


   
Mengeja Mimpi


Kini,
Aku tlah tiba di akhir masaku
Masa dimana aku harus meninggalkan warnaku
Masih dengan secawan anganku
Akankah ku rindu belaian seragamku?
Diam dalam angan
Akankah ku dapat segera penggantimu?
Aku masih bertanya pada senja
Masa inikah yang slalu kurindu
Saat aku bercengkrama
Dalam sebuah drama klasikal balutan masa remaja
Aku
Kau
Kita
Sudah sama tahu bahwa inilah masa dimana
Harapan, impian
Berpadu dalam sebuah gelas impian
Jabat erat mimpi kawan,
Karna ia takkan lari
Dari setiap hati yang mau meraihnya

Cinta dalam segelas teh



            Adalah saat- saat yang membahagiakan ketika ada seseorang yang berbahagia karena kita. saat itu adalah ketika saya menyedu teh dan menyajikannya kepada kakek dan nenek saya. Saat ketika selepas isya dan sedang bercengkrama di teras. Melihat senyum terkembang yang tersungging di wajah mereka adalah rasa bahagia yang mengharukan.

            Orang tua kami, terbiasa untuk selalu mendidik kami untuk selalu berbakti kepada orang tua. Meski hal-hal yang kecil, namun bermula dari hal-hal yang kecilah akan mampu menumbuhkan rasa hormat kita kepada orang yang lebih tua. Ngajeni, begitu orang jawa bilang. Tidak hanya menghormati orang yang lebih tua tetapi juga memberikan hal-hal yang sebenarnya ringan, namun akn berarti jika kita mengerjakannya dengan ikhlas.
            Atau jika orang tua kita, saudara, paman, atau yang lainnya berada jauh dari kita. Sebenarnya ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa sayang kita terhadap mereka. dengan telefon atau sms misalanya, hanya untuk sekedar menanyakan kabar, menanyakan hal-hal yang biasa dikerjakan atau menanyakan sudah makan atau belum. Hal-hal kecil yang sering luput dari pengamatan, yang sebenarnya bisa membuat hubungan semakin erat.
            Banyak orang yang beranggapan jika sudah mengirim uang kepada orang tua, maka gugurlah kewajiban mereka berbakti. Berdo’a untuk mereka juga sangat berarti. Atau sering memberikan perhatian kepada orang tualah yang terkadang membuat orang tua kita semakin berbahagia, karena mereka tahu bahwa anak mereka sangan peduli terhadap mereka.

Minggu, 01 Januari 2012

sudahkah kita tahu ?


                Semalam hiruk pikuk kemeriahan menyelimuti  seluruh Jogjakarta. Aku memang memilih kota ini sebagai alternative mengisi week end karena rutinitas kuliah yang benar – benar menyita waktu, tenaga juga pikiran. Semalam kemeriahan perayaan pergantian tahun baru terjadi di banyak tempat, termasuk muda-mudi yang haus euphoria tahun baru. Berboncenan yang bukan mahram, bergandengan tangan, lebih-lebih berdua hingga pagi dengan kekasih yang belum Halal statusnya. Naudzubillahi min dzalik
Aku beruntung memiliki teman yang luar biasa. Kami menghabiskan waktu untuk mendengarkan kajian di salah satu universitas negri di Jogjakarta. Rasanya benar-benar bahagia. Tidak ada hingar bingar kembang api, tak ada muda-mudi yang sedang berpacaran. Rasa bahagia itu muncul begitu saja. Rasa bahagia ketika ada hal-hal yang membuatmu sangat tenang rasa itu kudapat  karena menuntut ilmu.
Kita sering disibukkan dengan hal-hal semacam perayaan yang sebenarnya belum kita tahu asalnya. Tahukah kita bahwa perayaan masehi jelas bukan perayaan islam? Dinilai dari namanya saja sudah buakn perayaan islam
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari mereka”. (HR. Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang jayyid)


Maksud hadits di atas adalah larangan menyerupai suatu kaum, baik ibadahnya, adat-istiadatnya, juga gaya hidupnya.
At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahab yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti muatamatsilat (serupa).
Tasyabbuh yang di larang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syari'i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukan ciri khas mereka.

“Bahagia itu sederhana ketika kau menemukan ketenangan dalam hatimu”

                                                                                                Jogjakarta, January 1st 2012